Baru dengar sebuah cerita yang membuat saya sedikit merenung, ceritanya begini ...
Suatu ketika nabi Sulaiman yang konon bisa berbicara dengan binatang sedang bercakap-cakap dengan seekor kucing.
Kucing : "Wahai nabi, saya ini merasa bersyukur sekali telah dilahirkan sebagai kucing".
Nabi : "Kenapa engkau bersyukur sebagai kucing?"
Kucing : "Iya, setiap hari saya tidur di rumah majikan yang nyaman, bisa tidur di atas bantal, dan saya sering dielus-elus oleh majikan saya. Tidak seperti si anjing selalu tidur diluar dan diikat lehernya"
Entah bagaimana cerita itu sampai ke telinga si anjing, dan dia pun langsung menghadap sang nabi.
Anjing : "Wahai nabi, tidak benar apa yang dikatakan si kucing, saya justru merasa sebagai mahluk yang sangat beruntung karena dilahirkan sebagai anjing".
Nabi : "Apa alasanmu berkata begitu?"
Anjing : "Tentu saja saya beruntung, meskipun tidak tinggal di dalam rumah majikan tapi saya punya rumah sendiri, saya juga sering di ajak jalan-jalan oleh majikan saya, saya diikat karena majikan saya takut kehilangan saya. Coba lihat si kerbau hidupnya sangat menyedihkan, setiap hari harus bekerja keras di lumpur yang kotor"
Lalu sang nabi pun mendatangi kerbau,
Nabi : "Hai kerbau apakah engkau merasa menderita dilahirkan seperti ini?"
Kerbau : "Ah tidak wahai nabi, saya senang lahir sebagai kerbau dan saya bersyukur sekali"
Nabi : "Kenapa engkau berkata begitu? Apakah kau tidak lelah bekerja setiap hari?"
Kerbau : "Saya lelah, tapi saya bahagia dan merasa bangga karena bisa memberikan sesuatu kepada majikan saya. Meskipun bekerja di tempat yang kotor, setelah itu saya selalu dimandikan oleh majikan saya. Dan setiap saya lelah bekerja, majikan saya selalu menghibur saya dengan tiupan seruling yang merdu".
Meskipun cerita ini hanya dongeng belaka, tapi sudahkan kita bersyukur dilahirkan sebagai manusia dengan takdir kita masing-masing?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar