30 Mei 2008

Pengemis dan si Kikir

Sudah lama pengemis itu berdiri di depan sebuah rumah gedung yang mirip istana. Karena merasa terganggu, yang punya rumah menyuruh pelayannya untuk mengusir pengemis tersebut. Tetapi pengemis itu tidak bergeming dari tempatnya.

Ia menjawab, "Saya datang tidak untuk disuruh pergi begitu saja, Saya datang untuk bertemu dengan yang punya rumah ini, Saya adalah tamu, dan tamu harus dihormati, kalau tidak mau didatangi tamu, jangan bikin rumah di tepi jalan."

Jawaban ini dilaporkan oleh para pelayan kepada majikannya. Maka orang kaya yg gendut itu segera keluar dg jengkel.

Ia menghardik, "Ada perlu apa?"
"Saya mau minta hak saya sendiri sebagai orang tidak punya."
"Hak apa?"
"Sedekah."
"Tidak ada uang kecil," jawab si hartawan ketus.
"Yang besar juga boleh," bantah pengemis.
"Yang kecil saja tidak ada, apalagi yg besar," sahut si kikir tidak kehabisan dalih.
Dengan mendongkol pengemis berkata, "Perkenankan saya minta makanan saja."
"Tidak ada," jawab si kikir tambah sebal.
"Biarlah sisa2 roti atau nasi kalau ada." ujar pengemis belum putus asa.
"Tidak punya."
"Pakaian bekas?"
"Tidak ada."
"Yang baru juga boleh."
"Yang bekas saja tidak ada, apalagi yang baru," sahut si bakhil dongkol.
"Kalau begitu, tolong saya minta segelas air," ucap pengemis karena haus.
"Tidak ada," sahut si kikir tetap keras wataknya.
"Kalau begitu lebih baik Tuan ikut saya saja."
"Ikut kamu? Ke mana?" tanya si hartawan yg bakhil keheranan.
"Mengemis, sebab Tuan tidak punya apa2" ujar si pengemis dengan kesal.

27 Mei 2008

Petualangan di Gurun Pasir

"Ketika aku berada di gurun pasir," kata Nashruddin suatu hari, "Aku membuat seluruh suku Badui yang ganas dan haus darah itu lari."
"Bagaimana bisa engkau melakukan itu?"
"Gampang. Aku hanya lari, dan mereka lari mengejarku."

24 Mei 2008

Rasa Syukur

Baru dengar sebuah cerita yang membuat saya sedikit merenung, ceritanya begini ...

Suatu ketika nabi Sulaiman yang konon bisa berbicara dengan binatang sedang bercakap-cakap dengan seekor kucing.
Kucing : "Wahai nabi, saya ini merasa bersyukur sekali telah dilahirkan sebagai kucing".
Nabi : "Kenapa engkau bersyukur sebagai kucing?"
Kucing : "Iya, setiap hari saya tidur di rumah majikan yang nyaman, bisa tidur di atas bantal, dan saya sering dielus-elus oleh majikan saya. Tidak seperti si anjing selalu tidur diluar dan diikat lehernya"

Entah bagaimana cerita itu sampai ke telinga si anjing, dan dia pun langsung menghadap sang nabi.
Anjing : "Wahai nabi, tidak benar apa yang dikatakan si kucing, saya justru merasa sebagai mahluk yang sangat beruntung karena dilahirkan sebagai anjing".
Nabi : "Apa alasanmu berkata begitu?"
Anjing : "Tentu saja saya beruntung, meskipun tidak tinggal di dalam rumah majikan tapi saya punya rumah sendiri, saya juga sering di ajak jalan-jalan oleh majikan saya, saya diikat karena majikan saya takut kehilangan saya. Coba lihat si kerbau hidupnya sangat menyedihkan, setiap hari harus bekerja keras di lumpur yang kotor"

Lalu sang nabi pun mendatangi kerbau,
Nabi : "Hai kerbau apakah engkau merasa menderita dilahirkan seperti ini?"
Kerbau : "Ah tidak wahai nabi, saya senang lahir sebagai kerbau dan saya bersyukur sekali"
Nabi : "Kenapa engkau berkata begitu? Apakah kau tidak lelah bekerja setiap hari?"
Kerbau : "Saya lelah, tapi saya bahagia dan merasa bangga karena bisa memberikan sesuatu kepada majikan saya. Meskipun bekerja di tempat yang kotor, setelah itu saya selalu dimandikan oleh majikan saya. Dan setiap saya lelah bekerja, majikan saya selalu menghibur saya dengan tiupan seruling yang merdu".

Meskipun cerita ini hanya dongeng belaka, tapi sudahkan kita bersyukur dilahirkan sebagai manusia dengan takdir kita masing-masing?

22 Mei 2008

Be Your Self !

Alkisah suatu ketika seorang ayah dan seorang anak beserta seekor keledai
hendak melakukan perjalanan menuju suatu kota

Dikarenakan perjalanan akan jauh dan panjang
Si anak menaiki keledai dan si ayah berjalan menuntun keledai

Belum berapa jauh berjalan, orang-orang mencemooh si anak
"Dasar anak gak tahu diri, masak orang tua dibiarkan berjalan kaki, sedang dia enak-enak naik keledai"

Mendengar itu akhirnya si ayah menaiki keledai dan si anak berjalan menuntun keledai
Perjalanan pun dilanjutkan

Belum lagi jauh berjalan, orang-orang mencemooh si ayah
"Dasar ayah gak tahu diri, masak anak disuruh jalan, sedang dia enak-enak naik keledai"

Mendengar itu akhirnya mereka sepakat berdua menaiki si keledai
dan perjalanan pun berlanjut

Belum juga jauh berjalan, orang-orang mencemooh mereka
"Dasar orang gak tahu diri, masak keledai sekecil itu dinaiki berdua"

Mendengar itu mereka menjadi bingung,
Akhirnya mereka sepakat untuk melanjutkan perjalanan dengan menggendong si keledai

Belum lama mereka berjalan, orang-orang kembali mencemooh mereka
"Dasar orang gila!"

19 Mei 2008

Masjid Apa Ini?

Seorang Mualaf yang baru masuk Islam sedang bepergian dan ingin melaksanakan shalat. Kemudian ia mendatangi sebuah Masjid dan melaksanakan shalat di sana. Selesai shalat ia keluar dan betapa heran ia melihat begitu banyak Masjid di sekitar tempat itu.

Ia lalu bertanya kepada seorang yang sedang menyapu halaman Masjid,
"Mas kok di sini banyak Masjid ya? Ini Masjid apa?"
"Oh iya mas, kalo ini Masjid NU, nah yang di sana itu Masjid Muhammadiyah, yang di sebelah kiri Masjid Persis, yang di kanan sana Masjid LDII, kalo di ujung jalan sana ada Masjid JIL, trus masih banyak lagi mas"
"Ooh, makasih ya mas" si Mualaf langsung pergi, dalam hati ia berkata "Waduh! salah masuk . . . kirain Masjid Islam . . . "